EtamNews.com – Samarinda. Pada bulan Juni ini, harga-harga komoditas mendadak naik. Harga cabai menjadi sorotan karena harganya yang melesat tinggi dari sekitar 50-60 ribuan hingga mencapai 90-110 ribu.
Dampaknya paling terasa di kalangan pedagang yang banyak memanfaatkan bahan pokok ini.
“Warung-warung seperti warung yang menjual ayam geprek, ayam penyet, itu kan kebutuhan cabainya banyak. Mereka yang paling terkena imbas naiknya harga cabai ini,” ujar Heny Kartika, Kepala Seksi Pengendalian Bahan Pokok Strategis Dinas Perdagangan Kota Samarinda.
Berdasarkan investigasi yang dilakukan oleh EtamNews.com, hal itu pun diakui seorang pedagang ayam penyet di Jl. Banggeris yang tidak ingin diketahui namanya.
“Saya sampai kehilangan sepertiga dari keuntungan yang biasa saya hasilkan. Biasa per harinya saya dapat menghasilkan keuntungan sekian, namun sejak naiknya harga-harga bahan pokok ini, keuntungan itu berkurang sepertiganya,” ujar pedagang ayam penyet itu.
Meskipun banyak orang yang menyorot kenaikan harga cabai, menurutnya kenaikan harga tomat juga patut diperhatikan.
“Harga tomat itu (di awal tahun) di bawah 10 ribu, sekarang sudah naik hingga sekitar 20 ribu,” ungkapnya.
“Sangat terasa bagi saya karena sekali beli, saya dapat memesan hingga 15 kg tomat,” tambahnya.
Untuk mengakalinya, dia mengurangi proporsi sambal yang ia berikan kepada pelanggan.
“Untuk komposisi rasa tidak saya ubah, hanya saja jika seperti ketika ada pelanggan yang meminta tambah, saya tolak secara halus,” katanya.
Terlepas dari kenaikan harga yang membuatnya kehilangan sepertiga dari keuntungan yang biasa ia hasilkan, ia menyatakan bahwa ia tidak masalah harga-harga naik asalkan sampai ke petani.
“Saya tidak masalah, jika harga tomat dan cabai naik, asal sampai ke petani, jangan sampai harga di pasar naik, tetapi ternyata di petani harganya masih murah, atau kalau ternyata pasokan menipis (karena masalah hama dan cuaca) dibeli murah kan kasihan juga.Yang penting bagi saya agar petani kita tetap sejahtera,” pungkasnya. (red/fatih)