etamnews.com – Samarinda. Masih ingat dengan aktor kawakan Dedy Mizwar yang telah berperan dalam berbagai judul film dan semakin melejit dengan film berjudul “Kejar Daku Kau Kutangkap” dan film berjudul Naga Bonar pada tahun 1986.
Ya, kini ia bukan hanya sekedar sebagai seniman / artis, produser dan sutradara tetapi juga telah menjadi seorang Politisi Partai Gelora setelah sebelumnya mengundurkan diri dari Partai Demokrat pada tahun 2019.
Dedy Mizwar hadir di Kota Tepian untuk kegiatan Partai Gelora Kaltim yang dipimpin oleh Hadi Mulyadi yang juga adalah Wakil Gubernur Kaltim. Kegiatan yang digelar di Bigmall Samarinda pada Kamis (23/06/2022) membuat suasana Bigmall menjadi berbeda dan mendadak lebih ramai dari biasanya.
Ketua Bidang Seni Budaya dan Ekraf DPP Partai Gelora itu mengikuti dua agenda sekaligus yakni Dialog Kebudayaan di Banana Cafe pada pukul 16.00 wita dan Nonton Bareng (Nobar) film terbarunya yang berjudul “Naga Naga Naga” di XXI Bigmall Samarinda. Diketahui bahwa Dedy Mizwar sendiri adalah pemeran utama dalam film tersebut.
Film yang sarat dengan nilai-nilai kebangsaan itu diketahui sudah mulai tayang di bioskop-bioskop seluruh Indonesia dan masuk dalam kategori film favorit.
Bersama seluruh kader Partai Gelora Indonesia Kalimantan Timur dan Ketua DPW Hadi Mulyadi, Deddy Mizwar mengajak masyarakat untuk dapat mengambil pesan moral dari film tersebut.
Hadi Mulyadi selaku Ketua DPW Partai Gelora Kaltim mengatakan, pihaknya menggelar nonton bareng film Naga Naga Naga langsung bersama aktor utamanya, Deddy Mizwar. Menurut ayah dari putra sulung bernama Muhammad Alfatih itu, film Naga Naga Naga mengandung unsur nasionalisme dan cerita berbobot sehingga layak untuk ditonton.
“Yang paling penting dari Naga 1,2,3 adalah nasionalisme yang luar biasa. Beliau mengajarkan kita untuk mencintai sesama. Hubungan keluarga yang sangat rumit, tapi bisa diselesaikan secara arif. Ini film yang sangat berbobot luar biasa. Kita harus apresiasi,” ucapnya ditemui awak media usai nobar.
Hadi menilai, banyak film karya anak bangsa yang saat ini memuat konten-konten yang luar biasa. Bahkan, tidak sedikit film yang diangkat dengan mengedepankan sisi seni budaya lokal yang tidak dimiliki oleh negara lain.
“Saya kira film Indonesia tidak kalah dengan film yang lain dan kontennya yang luar biasa. Ini kita baru cerita 2 kota besar, Medan dan Jakarta, kita belum cerita Kalimantan Timur. Jadi saya berharap nanti Naga ke-4 di Kalimantan Timur,” katanya.
Ketika dicecar mengenai muatan dalam film Naga Naga Naga yang mengkritisi pejabat pemerintah, Wakil Gubernur Kaltim ini mengaku biasa saja dan menurutnya itu bisa jadi pemicu untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara maksimal meskipun mungkin masih terdapat kekurangan-kekurangan karena keterbatasan tertentu.
“Saya tidak pernah merasa khawatir dikritik karena saya selalu berusaha maksimal melayani masyarakat. Tapi memang tidak pernah bisa sempurna, tapi itu yang harus kita bangun kepada generasi muda untuk melanjutkan sisa usaha kita. Makanya kritik itu luar biasa, kita harus bekerja bersama, karena saya tidak bisa bekerja sendiri sebagai pemerintah,” ujarnya.
“Kenapa saya protes ada sebuah perusahaan yang tidak membantu Kaltim, kenapa? Karena kita tidak akan bisa membangun Kaltim kalau tidak ada kerjasama. Mudahan ini bisa jadi bahan,” sambungnya.
Deddy Mizwar mengapresiasi respon masyarakat Kalimantan Timur yang sangat antusias menikmati hasil karya-karya filmnya.
“Masyarakat Kalimantan Timur bisa mengapresiasi dan terinsipirasi, terhibur. Sekaligus bentuk nyata dukungan atas film Indonesia, mau datang malam Jumat nonton. Ini perlu dibangun bagaimana apresiasi kita terhadap Indonesia, kita harus jadi tuan rumah. Jadi harus ada dukungan dari masyarakat,” katanya.
“Saya juga setiap nonton film ini nangis juga rasanya. Itulah salah satu kehidupan kita, gembira, sedih, mencintai seseorang dengan keadaan tidak objektif juga. Makanya film itu refleksi realita, wajah kehidupan kita juga,” timpalnya.
Dia menyebut, ada dua hal yang membuat orang bertahan nonton di bioskop. Pertama, peristiwa realita yang dekat dengan kehidupan. Kedua, mendapatkan sesuatu yang baru. “Makanya dia bertahan, kalau tidak, susah. Artinya, film berdialog dengan masyarakat,” tuturnya.
Deddy memastikan, dirinya tidak akan lelah untuk terus berkarya melalui film. Sehingga film Naga Naga Naga akan tetap berlanjut.
“Harus ada lagi dari Kalimantan Timur nanti. Bisa jadi, Monaga jadi pengusaha batu bara,” katanya.
Untuk dunia perfilman ke depan, Deddy Mizwar berharap akan lebih berkembang dengan kemajuan teknologi saat ini. Berbagai ragam potensi dapat dikembangkan untuk memberikan warna pada industri perfilman.
“Kita berharap dengan teknologi yang semakin maju dan akses yang semakin terbuka, semestinya film Indonesia semakin maju dibanding dulu, di zaman saya masih muda. Apalagi materi membuat film sangat beragam di Indonesia, setiap daerah memiliki sesuatu yang khas yang tidak dimiliki berbagai negara,” ucapnya.
Apalagi Kalimantan Timur, lanjut dia, punya potensi lokal dengan keanekaragaman budaya, adat istiadat akan menjadi lebih menarik dikemas dengan film.
“Kalau bicara di Kaltim ini saja berapa banyak kultur, ragam yang ada. Ini adalah kekayaan, sumber industri kebudayaan, ekonomi kreatif untuk bagaimana kita bisa mengelola, menyampaikan dengan baik. Kita punya kesempatan 5 besar kekuatan dunia, harus percaya diri, karena semua tersedia,” pungkasnya.(dyt)