etamnews.com – Growth Hormone Deficiency adalah suatu kondisi ketika kelenjar pituitari, sebuah organ kecil yang berada pada bagian bawah otak, tidak menghasilkan hormon pertumbuhan dalam jumlah yang seharusnya. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Kondisi ini terbilang langka karena diperkirakan hanya diderita oleh satu dari tujuh ribu anak di dunia.
Jenis dan Penyebab
Secara umum, terdapat dua jenis Growth Hormone Deficiency, yakni Acquired dan Congenital. Acquired terjadi ketika kelenjar pituitari tubuh berhenti memproduksi hormon pertumbuhan yang cukup bagi tubuh untuk tumbuh secara normal. Ini bisa dimulai kapan saja selama masa kanak-kanak akibat hal tertentu, misalnya mengalami cedera otak traumatik.
Adapun Congenital adalah jenis defisiensi yang biasanya dialami anak sejak lahir. Pertumbuhan anak pada awalnya mungkin terlihat normal tetapi gejalanya mulai terlihat dalam rentang usia 6-12 bulan.
Dalam sebuah studi pada 2019 yang terbit dalam International Journal of Molecular Sciences, disebutkan bahwa dalam kisaran 2-30 persen dari mereka yang mengalami TBI (Traumatic Brain Injury) dapat mengalami Growth Hormone Deficiency dalam durasi kira-kira satu bulan.
Selain itu, dilansir dari Healthline, Growth Hormone Deficiency yang tidak terjadi saat lahir bisa disebabkan oleh tumor di otak. Tumor ini biasanya terletak di lokasi kelenjar pituitari atau daerah hipotalamus terdekat pada otak.
Ancaman Lainnya
Selain dampak utamanya dapat menghambat perkembangan tubuh anak, menurut Jennifer LW Fink dalam artikelnya di Health Grades, jika tidak segera mendapatkan penanganan, anak yang mengalami Growth Hormone Deficiency berpotensi mengalami peningkatan kadar kolesterol jahat yang dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, serangan jantung, hingga stroke .
Selain itu, Growth Hormone Deficiency juga dapat menyebabkan penurunan kepadatan mineral tulang dan osteoporosis, yang meningkatkan risiko patah tulang.
Kenali Gejalanya
Melansir Times of India, tanda paling umum dari defisiensi hormon pertumbuhan adalah kegagalan pertumbuhan, yakni kondisi ketika anak secara signifikan lebih pendek dari anak-anak seumurannya.
Berikut tanda-tanda lain yang perlu bunda ketahui yang bisa menjadi gejala dari Growth Hormone Deficiency:
- Pubertas tertunda
- Wajah terlihat lebih muda
- Pertumbuhan gigi lambat
- Pertumbuhan rambut terganggu
- Bertambahnya lemak pada bagian sekitar wajah dan perut
Apakah Bisa Diobati?
Mengutip dari Healthline, hormon pertumbuhan sintetis telah digunakan untuk mengobati anak-anak dan orang dewasa sejak dekade 80-an. Hormon pertumbuhan diberikan melalui suntikan, biasanya ke jaringan lemak tubuh, seperti bagian belakang lengan, paha, atau bokong.
Ini merupakan metode paling efektif sebagai perawatan harian. Efek sampingnya secara umum tidak terlalu berat, namun dapat termasuk kemerahan di tempat suntikan, sakit kepala, sakit pinggul, dan tulang belakang melengkung (skoliosis)
Dalam kasus yang jarang terjadi, suntikan hormon pertumbuhan jangka panjang dapat berkontribusi pada perkembangan diabetes, terutama pada orang dengan riwayat turunan. Anak dengan Growth Hormone Deficiency bawaan sering diobati dengan hormon pertumbuhan hingga mencapai masa pubertas.
Seringkali anak yang memiliki terlalu sedikit hormon pertumbuhan secara alami akan mulai memproduksi dalam jumlah cukup saat mereka memasuki usia dewasa. Namun, dalam sejumlah kasus, mereka tetap melakukan perawatan seumur hidup mereka.
Sumber : Koran Tempo