etamnews.com – Penajam. Masyarakat Adat Mentawir, Kecamatan Sepaku, Kabuaten Penajam Paser Utara (PPU) mulai geram dengan ulah arogan PT. PPCI. Pasalnya berdasarkan kesepakatan yang ditandatangani oleh pihak Kodim dan Polres serta perwakilan masyarakat Mentawir bahwa di area lahan tambang batubara yang di klaim milik PT. PPCI dan PT. MSI tidak boleh ditempatkan security dari kedua belah pihak, kalaupun ada yang harus menjaga maka harus dari pihak aparat keamanan.
Tetapi berdasarkan keterangan masyarakat bahwa pihak PT. PPCI justeru melanggar perjanjian tersebut dengan menempatkan sejumlah security diarea tambang tersebut. Masyarakat pun langsung melakukan kroscek ke lokasi tambang dengan didampingi oleh LSM Guntur. Hasilnya ternyata ditemukan fakta adanya sejumlah orang yang diyakini sebagai security yang ditugaskan oleh pihak PT. PPCI untuk menjaga area tambang, bahkan masyarakat dan LSM sempat bersitegang dengan security dimaksud.
“Benar, pada hari MInggu, 27 November kami bersama masyarakat adat mentawir mengecek kebenaran informasi adanya penempatan sejumlah orang di lokasi yang diklaim milik PT. PPCI itu, ternyata memang benar ada security disana.” Ujar Qosim Assegaf, Ketua LSM Guntur, Rabu, 30 November 2022.
Qosim melanjutkan, “Jadi kami hampir saja bentrok fisik dengan security itu, kemudian kami menghubungi aparat keamanan setempat termasuk Babinsa, tapi ternyata bahkan Babinsa pun mau disandera, ini kan perilaku yang keterlaluan, kalau terhadap aparat saja mereka bisa seberani itu, apalagi dengan masyarakat kecil.” Ungkap Qosim.
Menurut Qosim, tindakan yang dilakukan oleh PT. PPCI yang terus menerus melakukan pengingkaran dan bahkan terkesan meremehkan dan meleceehkan masyarakat adat mentawir itu dapat memicu konflik fisik.
“Masyarakat sudah sangat geram atas ulah PT. PPCI, bayangkan perjanjian yang dibuat bersama kan sudah jelas tidak boleh ada pihak lain selain aparat keamanan, tapi dilanggar. Padahal perjanjian itu disaksikan oleh pihak Polres, Kodim, Pemerintah setempat dan masyarakat adat mentawir. Ini sudah melampaui batas. Dan kalau dibiarkan berlarut maka amarah masyarakat bisa pecah dan bentrok fisik bisa saja terjadi.” Pungkas Qosim.
Nasir, tokoh adat mentawir menyatakan, bahwa arogansi pihak PT. PPCI sudah melampaui batas, karena ketika pihaknya masuk ke lokasi tambang pihaknya dicegat oleh security bahkan oleh security mereka tidak di ijinkan keluar dari lokasi.
“Benar, kami bersama pihak kepolisian dan juga pihak TNI (Babinsa) masuk ke lokasi hari minggu lalu, karena kami mau pastikan kebenaran informasi yang kami terima tentang adanya sejumlah orang yang ditempatkan di lokasi oleh pihak PT. PPCI, ternyata benar adanya. Bahkan pada saat kami selesai melihat kondisi didalam dan mau kembali kami sempat dicegat, tidak diperbolehkan keluar lokasi, semacam mau disandera, padahal ada Polisi dan TNI.” Ujar Nasir.
Perihal adanya penghadangan oleh sejumlah security dari pihak PT. PPCI juga dibenarkan oleh Ketua Adat Mentawir, Sahnan. Ia mengaku sangat kesal dengan arogansi PT. PPCI.
“Ini sangat berbahaya, kalau ada aparat saja mereka bisa berani berbuat seperti itu (mencegat) apalagi kalau tidak ada aparat, ini namanya memancing amarah kami selaku masyarakat adat yang memiliki tugas dan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat. Jangan salahkan kami kalau terpaksa masyarakat secara bersama-sama melakukan perlawanan atas arogansi PT. PPCI.”
Sahnan kemudian melanjutkan, “Kami lihat sendiri didalam sana, bagaimana lingkungan kami dihancurkan, dirusak tanpa ampun. Apa yang didapat masyarakat metawir ? tidak ada sama sekali, justeru kami hanya menerima imbas dari kegiatan tambang yang eksploitatif itu.” Cetus Sahnan dengan wajah emosional.
Penulis : Barno