etamnews.com – Samarinda. Senin (03/10/22), guru-guru di Samarinda yang tergabung dalam Forum Guru Peduli akan mendatangi Balai Kota Samarinda meminta keterangan langsung dari Walikota Andi Harun mengenai kebijakan Pemerintah Kota Samarinda yang telah memutuskan untuk tidak memberikan insentif kepada beberapa kriteria guru di Samarinda.
Sehari sebelumnya, (02/10/22), pada pukul 17.00 sore, lima mahasiswa Universitas Mulawarman yang terdiri dari tiga mahasiswa FKIP dan dua mahasiswa FISIP melakukan aksi pembentangan spanduk di flyover Juanda.
“Kejamnya kota pusat peradaban untuk guru yang mencerdaskan, Samarinda pusat peradaban gurunya tidak disejahterakan,” tulis mereka di spanduk yang membentang panjang di perempatan jalan itu.
Ahmad Fikrianto, Gubernur BEM FKIP menyesalkan kebijakan Pemerintah Kota Samarinda yang menurut pendapatnya tidak berpihak kepada kesejahteraan guru.
“Kondisi guru itu sedikit banyak pasti akan berdampak langsung kepada anak didik, tentu ini akan langsung berdampak kepada masyarakat kita pada umumnya,” ucapnya. “Ini cukup keterlaluan.”
Berangkat dari hal tersebut, maka dia bersama beberapa mahasiswa lain pun memutusukan untuk bersolidaritas.
“Kita mendukung secara penuh gerakan guru-guru kami yang akan mengadakan aksi ke Balai Kota,” sebutnya.
Seorang mahasiswa FISIP yang mengikuti aksi pembentangan spanduk tersebut dan memilih untuk tidak disebutkan namanya menyesalkan kurangnya perhatian mahasiswa mengenai isu ini. Dalam konsolidasi yang diselenggarakan di Sekretariat BEM FKIP Unmul pada Sabtu (01/10/22), ia mengungkapkan bahwa tidak lebih dari sepuluh mahasiswa yang hadir.
“Padahal ini sesuatu yang memang berada di depan mata kita,” sesalnya.
Meskipun begitu, ia mengungkapkan bahwa ia dan beberapa mahasiswa yang membentangkan spanduk pada hari itu akan tetap konsisten dalam membela hak guru, termasuk ikut turun ke jalan jika aksi guru pada hari Senin tidak membuahkan hasil.
“Jika hanya ada lima orang yang membela hak guru, maka kamilah orangnya,” pungkasnya.
Penulis : Fatih