Etamnews.com – Samarinda. Tercatat dalam tahun 2022, jumlah penyumbang Zakat di Kota Samarinda mencapai puluhan ribu. Hal ini merupakan peningkatan ketika memasuki momentum Hari Raya Idul Adha kemarin. Ini tidak jauh berbeda dengan angka penerima zakat.
Data ini memang secara riil tidak diketahui secara utuh dari orang perorangan, sebab ada yang merupakan sumbangan dari kelompok pegawai tertentu yang diwakili dengan nama instansi tertentu pula.
“Untuk angka pastinya saya kurang ingat, tapi setahu saya ada kurang lebih empat ribu penyumbang (4.000). Sebenarnya kalo dirinci angka 12.000 itu ada, karna ada juga dari para pegawai instansi yang mengumpulkan uang (zakat) secara bersama lalu disetorkan ke Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) itu atas nama instansi, misalkan Dinas Pemuda dan Olah Raga, itu sebenarnya dari para pegawainya dan tidak dirinci siapa-siapa saja,” sebut Wakil Ketua III Bidang Keuangan dan Pelaporan, Moh. Syamsul saat diwawancara samarindakita.com, Rabu (17/8/22).
Guna mensejahterakan masyarakat fakir, dan mengentaskan kemiskinan, lebih lanjut, Moh. Syamsul menjelaskan, dana yang dikumpulkan dan kemudian disebut zakat ini digunakan untuk pemberdayaan penerima Zakat. Untuk itu, masyarakat yang menerima zakat namun tidak memiliki keterampilan yang memadai dalam membangun usaha dari dana yang disuplai ini, maka Baznas melakukan pendampingan dan bimbingan khusus sampai mereka bisa berdiri secara mandiri.
“Selain untuk menyuplai biaya bagi masyarakat yang sudah tidak berdaya, dana ini kami kucurkan untuk memberdayakan masyarakat yang memiliki potensi. Dan untuk orang yang masih belum memiliki potensi untuk membangun usaha kami bimbing dan kita dampingi sampai bisa mandiri sendiri,” paparnya.
Lebih Jauh, Pemilik Kopijadi ini menyayangkan, adanya penerima zakat yang hanya mengharapkan bantuan namun keinginan untuk mengembangkan dan membangun usaha sendiri enggan untuk dilakukan. Masalah utamanya adalah cara berpikirnya mereka yang tidak memiliki keinginan untuk maju dan berubah.
“Salah satu program Baznas ini kan adalah untuk memberdayakan masyarakat, namun ada juga penerima zakat namun tidak mau ngapa-ngapain, hanya berharap disuplai biaya tapi gak mau usaha. Sebenarnya ini masalah utamanya adalah mindset berpikir. Yang perlu kami lakukan untuk ini adalah dengan memberi pemahaman agar bisa berubah dan berkembang maju,” bebernya.
Untuk di Kota Samarinda, Moh. Syamsul menyebutkan telah ada 25 jenis usaha yang terbangun dari program pemberdayaan ini. Angka ini masih terbilang kurang jika dibanding dengan ribuan penerima Zakat.
“Masih kurang sih, baru ada 25 usaha yang terbangun dari program pemberdayaan ini,” pungkasnya,”
Dalam rangka membangun jejaring kerja sama dengan berbagai pihak, guna pendataan yang disertai pemberdayaan masyarakat, Baznas Kota Samarinda telah membangun komunikasi dengan bebagai pihak pengurus masjid yang ada di Kota Samarinda ini. Sehingga yang diberdayakan adalah orang-orang yang memang berada disekitar lingkungan masjid. Namun ada beberapa yang tidak setuju untuk kerjasama karna keraguan dan beberapa pertimbangan lainnya.
Penulis : Sabarno.