Etamnews.com – Samarinda. Dengan posisinya sebagai pemimpin redaksi Kaltim Today, nama Ibrahim Yusuf sebagai jurnalis senior mulai disegani, di usia yang sebenarnya tergolong masih muda, ia mampu memimpin salah satu media daring terbesar yang ada di Kalimantan Timur.
Namun perjalanannya menjadi jurnalis sudah ia tempuh sejak menjadi mahasiswa Teknik Informatika Universitas Mulawarman, dimana disana ia terlibat dalam Lembaga Pers Mahasiswa.
Dalam Pelatihan Jurnalisme Tingkat Dasar bertajuk “Be a Good Young Journalist in Digital Era” yang diadakan oleh Sketsa Unmul pada Sabtu (13/08/22), Ibrahim menceritakan awal keinginannya bergabung dalam lembaga pers mahasiswa.
“Awalnya dimulai dari banyaknya kehilangan barang di salah satu masjid di lingkungan kampus Unmul,” ujarnya.
“Beberapa mahasiswa kehilangan tas yang berisi laptop tempat mereka menulis skripsi, itu membuat mereka harus menunda beberapa bulan hingga hitungan tahun karena harus menulis skripsi mereka lagi dari awal,” lanjutnya.
Selain kehilangan tas, Ibrahim juga sempat melakukan liputan mengenai helm-helm yang hilang di lingkungan kampus Universitas Mulawarman.
“Saya coba telusuri, ternyata helm-helm yang hilang itu dicuri kemudian dibawa di salah satu pasar di Samarinda dan dijual disana,” ungkapnya.
Mengenai posisinya sebagai pemimpin redaksi Kaltim Today dibandingkan saat ia masih berada dalam lembaga pers mahasiswa, Ibrahim mengungkapkan bahwa sebenarnya tidak jauh berbeda.
“Mungkin perbedaannya, kalau saat berada di lembaga pers mahasiswa fokus saya mengenai isu-isu yang ada di kampus, sementara sekarang fokus saya lebih luas mengenai isu-isu yang ada di Kalimantan Timur,” ucapnya.
Hadir mendampingi Ibrahim Yusuf, Ketua AJI (Aliansi Jurnalis Independen) Samarinda sekaligus wartawan Kaltim Post, Noviyatul Chalimah.
Noviyatul mengungkapkan bahwa AJI kerap melakukan advokasi terhadap lembaga-lembaga pers mahasiswa yang ada di Indonesia.
“Terakhir kami melakukan advokasi terhadap sebuah LPM di Ambon, yang sempat mendapatkan intimidasi dari pihak kampus,” ujarnya.
Lembaga Pers Mahasiswa yang dimaksud sendiri adalah LPM Lintas IAIN Ambon yang mendapatkan pembredelan dan penganiayaan setelah melakukan liputan mengenai kekerasan seksual di lingkungan kampus.
Penulis : Fatih.