etamnews.com – Samarinda. “..burung Kunai di atas kumpai, bila baduit bini beranai, kadada duit bini bemamai,”
Kalimat itu merupakan pantun yang dikeluarkan oleh Wakil Gubernur Kalimantan Timur, Hadi Mulyadi saat sedang mengunjungi sebuah pasar terapung di daerah Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Saat itu ia sedang mengobrol bersama salah satu pedagang pasar. Pantun itu merupakan pantun berbahasa Banjar yang menyindir ibu-ibu yang akan marah jika suaminya tidak berpenghasilan.
Hadi pun kemudian melanjutkannya dengan pantun yang lain.
“Ada gadis berjilbab biru, jilbab dibeli di Pasar Minggu, kalau hendak jadi menantu, ayo kita ke penghulu,” ucapnya disambut gelak tawa.
Yang menarik, pedagang pasar itu tidak tinggal diam dan justru membalas pantun tersebut.
“Buat apa lemari kaca, kalau isinya banyak kecoa, untuk apa mertua kaya, kalau tidak sayang sama kita?”
Balasan itu kembali menghadirkan gelak tawa dan tepuk tangan dari orang-orang yang hadir disana, momen saling membalas pantun itu berlangsung selama beberapa saat sampai mengundang pedagang-pedagang pasar yang lain untuk ikut berpantun bersama politisi partai Gelora tersebut, sebagaimana terungkap dalam sebuah video berdurasi 2 menit lebih yang tersebar di media sosial.
Hadi Mulyadi sendiri merupakan seorang pejabat daerah yang dikenal gemar berpantun, dalam setiap sambutan, ia kerap kali mengeluarkan beberapa pantun yang akan disambut tepuk tangan meriah oleh orang-orang yang hadir.
Yang menarik, balas membalas pantun sendiri ternyata merupakan sebuah adat yang mengakar di Kalimantan Timur, tepatnya di Kutai Kartanegara.
Adat tersebut dikenal dengan nama ‘tingkilan’.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Meita Satyawati, seorang lulusan pascasarjana Universitas Gadjah Mada dalam jurnal berjudul Tingkilan: Ekspresi Masyarakat Kutai di Tenggarong, Kalimantan Timur Sebuah Kajian Seni Wisata, tingkilan merupakan salah satu kesenian tradisional khas Kutai Kartanegara. Secara etimologi, tingkilan berasal dari kata tingkil yang berarti saling meningkah atau bersahut-sahutan.
Mengutip artikel yang dimuat di website milik Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara yang berjudul Musik Tingkilan Warisan Budaya Yang Perlu Dibudayakan, dalam tingkilan seseorang bisa menyampaikan banyak hal, mulai dari nasihat, pernyataan pribadi atau pun percintaan, semua itu akan disampaikan dalam medium berbalas-balas pantun yang kemudian juga akan diiringi oleh musik dan tari-tarian.
Hadi Mulyadi sendiri merupakan seorang pejabat daerah yang selain hobi berpantun, juga mempunyai perhatian besar terhadap kesenian di daerah, dalam waktu dekat sendiri, Hadi merencanakan akan membentuk Festival Film Pendek di Kaltim sekaligus dalam rangka merayakan HUT Pemprov Kaltim.
Penulis : Muhammad Al Fatih