etamnews.com – Samarinda. Bencana kebakaran yang melanda kota Samarinda sepanjang tahun, dari tahun 2015 sampai 2021 menunjukkan angka kerugian yang cukup membuat trauma.
Di tahun 2016 mengalami kenaikan kasus. Sebanyak seribu seratus enam puluh empat (1.164) KK dengan total 4.525 Jiwa juga kehilangan tempat tinggal. Namun total kerugian terbilang rendah dibanding tahun sebelumnya, yakni Rp.24.991.000 dengan korban meninggal satu orang. Tercatat ada 914 Objek yang terbakar dengan total luas wilayah yang terbakar mencapai 2.526.207 m³.
Pada tahun 2017, mengalami penurunan luas areal terbakar, yakni sekitar 49.769 m³. Dengan total 374 KK yang mencapai pecahan 1.219 jiwa. Tidak ada korban jiwa dalam kasus sepanjang tahun ini namun mencapai kerugian yang lebih tinggi dari dua tahun sebelumnya, yakni sembilan miliar tiga puluh tiga juta lima ratus enam puluh ribu lima ratus rupiah (Rp. 9.033.560.500).
Dalam tahun 2018, bersyukur, luas areal lebih sedikit dibanding tiga tahun sebelumnya, yakni 22.676 m³ yang berimbas pada 531 KK dengan total 2.084 jiwa. Total kerugian mencapai enam puluh dua juta dua ratus enam puluh enam ribu sembilan ratus rupiah (Rp. 62.266.900). Tahun ini adalah yang terbesar memakan korban jiwa, yakni sebanyak 15 orang.
Luasan areal yang terbakar paling banyak terdapat disepanjang tahun 2019, yakni 3.512.203 m³. Ada 256 KK dari 1.796 jiwa. Pada tahun ini kerugian mencapai tiga puluh enam juta delapan ratus sembilan puluh tiga ribu enam ratus lima puluh rupiah (Rp.36.890.650). Dan tercatat tiga orang menjadi korban meninggal.
Sedangkan pada tahun 2020, luasan areal terbakar mencapai 873.902 m³. Jumlah KK yang terdampak lebih kecil dari lima tahun sebelumnya, yakni 286 dari 1.095 jiwa. Tercatat ada enam puluh enam juta seratus empat ribu tujuh ratus lima puluh rupiah (Rp.66.104.750). Dalam kasus tahun ini tercatat ada dua orang meninggal dunia.
Setelah memasuki tahun 2021, kasus kebakaran mulai terbilang berkurang, karna luasan areal lebih kecil dari enam tahun sebelumnya, yakni 1.086 m³ dan KK yang terdampak hanya mencapai 185 KK dari 719 jiwa. Meski demikian kerugian yang dialami lebih tinggi dari tahun 2016 yakni empat puluh juta sembilan ratus delapan puluh ribu lima ratus tujuh puluh rupiah (Rp.40.980.570). Dan korban meninggal dunia tercatat ada tiga orang.
Kasi Operasional Pemadaman dan Infestigasi Wisnu, mengatakan, bahwa penyebab utama rata-rata kebakaran ini adalah korsleting listrik, sedangkan human eror atau yang disebabkan oleh kesalahan maupun kelalaian masyarakat itu sendiri terbilang sangat jarang.
“Penyebab utama, rata-rata karna korsleting listrik, kalau dari human eror atau kelalaian masyarakat sangat kurang,” ungkapnya saat diwawancara samarindakita.com di Kantor Dinas Pemadam Kebakan (Disdamkar) Kota Samarinda, Selasa (9/8/22).
Penulis : Sabarno