Etamnews.com – Samarinda. SMA Negeri 2 Samarinda mengadakan Seminar Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang bertajuk Bangunlah Jiwa dan Raganya.
Kegiatan ini bertujuan untuk memberi pemahaman terhadap siswa-siswi bahwa perilaku bullying memiliki dampak yang sangat buruk terhadap korban. Dan bullying adalah tindakan yang tidak wajar dilakukan oleh kaum-kaum yang memiliki pendidikan, lebih-lebih itu terjadi di lingkungan sekolah.
Waka Humas SMAN 2 Samarinda, Agustina Pelitawati menyampaikan, dengan adanya kegiatan ini, diharapkan para siswa-siswi memiliki kesadaran untuk lebih menghargai satu sama lain. Dan memiliki wawasan atau pengetahuan tentang keburukan dari sikap-sikap bullying atau perundungan yang dilakukan.
“Harapannya dengan kegiatan ini, para siswa lebih memahami, memiliki wawasan tentang keburukan yang dapat terjadi terhadap sikap perundungan. Dan para siswa juga bisa tau konsekuensi buruk yang akan terjadi dari sikap tersebut, sehingga siswa-siswi ini akan lebih menghindar dan tidak melakukan sikap bullying terhadap teman maupun orang lain,” jelasnya saat diwawancara di Aula Kegiatan,” Kamis (4/8/22).
Labih lanjut, Waka Humas itu menghimbau pada orang tua murid atau wali untuk bekerja sama memberi perlindungan dan pemahaman terhadap sikap-sikap yang berlawanan dengan norma-norma sosial ini.
“Mari kita sama-sama, guru maupun orang tua untuk menjaga dan mendidik anak-anak kita untuk menjahui sikap-sikap yang buruk. Kita sama-sama tunjukan sikap humanis, sikap kepedulian terhadap anak-anak. Kita sama-sama beri pemahaman terhadap mereka untuk saling menghargai,” lanjutnya.
Lebih dalam, Waka Humas menyampaikan, kemungkinan terbesar munculnya tindakan bullying adalah kurangnya pemahaman terhadap nilai-nilai agama, tidak adanya kepedulian atau perhatian orang tua terhadap anak, sehingga mereka lebih terkontaminasi oleh paparan lingkungan pertemanan serta media sosial, mengingat disana ada berbagai muatan konten positif bahkan negatif, dan tanpa kita ketahui hal ini bisa ditelan mentah-mentah tanpa filter terhadap baik dan buruknya.
“Pertama kurangnya pengetahuan nilai-nilai agama, tidak adanya kepedulian orang tua, kemudia ditambah dengan lingkungan pergaulan, serta mengingat media sosial sekarang yang juga memuat hal-hal negatif didalamnya. Dan ketika anak-anak menerima paparan lingkungan ini bisa ditelan mentah-mentah jika tidak memiliki pemahaman dan pengetahuan akan hal ini,” ungkapnya.
Kegiatan ini di pratutup dengan Hipnoterapi, dengan tujuan sebagai rileksasi dan refleksi diri terhadap tindakan-tindakan buruk yang memungkinkan membekas dalam sikologis siswa-siswi, sehingga kemungkinan traumatis yang dialami
(Sabarno).
Editor : Rafik.