Etamnews.com – Samarinda, Jika Soe Hok Gie pernah menuliskan buku berjudul Di Bawah Lentera Merah, Samuel Gading, yang merupakan wartawan salah satu media lokal di Kaltim, menuliskan buku berjudul ‘Di Bawah Payung Hitam’.
Menariknya, sama seperti Di Bawah Lentera Merah, buku yang dituliskan lulusan Ilmu Komunikasi Unmul ini juga awalnya merupakan sebuah skripsi.
“Awalnya, ini merupakan skripsi saya, kemudian ada yang menawarkan untuk diangkat menjadi buku,” ujarnya, saat ditemui di halaman depan Rumah Sakit Abdoel Wahab Sjahranie, Selasa (21/06/22).
“Dalam daftar penulis yang berkontribusi untuk buku ini, saya juga mencantumkan nama dua dosen pembimbing saya, Pak Erwiantono dan Bu Ainun Ni’matu Rohmah.”lanjut Samuel.
Jika Di Bawah Lentera Merah merupakan penelitian Soe Hok Gie mengenai sejarah awal kemerdekaan Indonesia, Di Bawah Payung Hitam merupakan studi Samuel Gading mengenai Aksi Kamisan Kaltim dalam perspektif komunikasi partisipatif.
Samuel mengungkapkan, bahwa ia tertarik menjadikan Aksi Kamisan Kaltim sebagai objek penelitian karena awalnya ia juga kerap bergabung dan menyuarakan pendapat dalam aksi yang digelar seminggu sekali itu.
“Sekitar awal tahun 2018 saya orasi di Kamisan, dan teman-teman mahasiswa di Samarinda, siapa sih yang enggak pernah ke Kamisan?, Kemudian saya lihat ini menarik, bagaimana sih pola komunikasi yang terjadi di dalamnya?,”tanya dia.
Ia menilai, bahwa yang membuat Aksi Kamisan Kaltim unik adalah cara-cara kreatif dan tanpa kekerasan yang dibawanya.
“Aksi Kamisan Kaltim membuktikan bahwa menyuarakan isu sosial tidak harus selalu dengan mengepalkan tangan ke atas, tetapi bisa juga dengan bermain musik, bisa juga dengan membaca puisi,” ujarnya.
Harapannya, bagi Samuel adalah agar Aksi Kamisan Kaltim ini ke depannya bukan hanya akan menjadi aksi semata namun juga ruang publik dan pembelajaran. Pasalnya dalam aksi kamisan ini dinilai sebagai tempat menyuarakan berbagai isu, mulai dari HAM, Lingkungan sampai dengan isu keperempuanan.
“Dalam penelitian saya, bahkan total sudah ada sekitar 70-an lebih organisasi/komunitas yang memanfaatkan Aksi Kamisan Kaltim sebagai ruang mereka untuk menyampaikan aspirasi,” ungkapnya.
“Saya harap, ia akan menjadi ruang publik dan pembelajaran yang kontinyu, supaya anak-anak muda kita juga bisa belajar dari sana,” pungkasnya.
Aksi Kamisan Kaltim sampai sekarang masih aktif menyuarakan berbagai isu daerah maupun nasional di depan Kantor Gubernur Kaltim.
(red/maf).