etamnews.com – Jakarta. Megawati Soekarno Putri menyampaikan pujian kepada Puan Maharani yang dianggapnya mampu memimpin dengan merujuk pada keberhasilannya menjadi Ketua Sidang Inter-Parliamentary Union (IPU) ke-144 di Nusa Dua, Bali pada Maret lalu.
“Mbak Puan waktu IPU itu susah lho, lebih susah ngaturnya daripada kalau dengan pemerintahan. Ini, bukan karena Mbak Puan anak saya, ndak, susah lho dia bisa jadi Ketua IPU,” ujar Megawati.
Pujian tersebut disampaikannya kala berbicara mengenai isu kesetaraan gender dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) yang dilaksanakan di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan pada Selasa (21/06/2022).
Presiden RI kelima itu mengaku prihatin dan resah terhadap nasib kaum perempuan yang menurutnya belum mendapatkan kesempatan yang sama dengan kaum laki-laki dalam berbagai bidang.
“Saya hari-hari ini, bagian dari kontemplasi saya, sering berpikir kenapa ya kita sudah merdeka, berdaulat, bebas dan aktif tapi kaum perempuan kok masih disuruh ndeleng (melihat) terus,” kata Megawati.
Dia menyebut, perempuan juga bisa memimpin seperti halnya Megawati yang pernah menjadi Presiden RI Kelima.
“Artinya apa? Bisa kaum perempuan itu juga menjadi seperti saya,” ungkap Megawati.
Megawati pun meminta agar semua pihak tidak membeda-bedakan antara kaum perempuan dan laki-laki. Bahkan ajaran agama terlebih Islam, kata Megawati, tak ada yang membedakan dalam berperan di berbagai bidang.
Karenanya, Megawati mengingatkan para kader PDIP untuk tak membeda-bedakan antara kaum perempuan dan laki-laki. “Jadi siapa pengikut PDI Perjuangan? Kalau tidak setuju laki-laki sejajar dengan kaum perempuan, out. Nah gitu wae,” kata Megawati.
Ia lantas meminta seluruh kader peserta Rakernas PDIP bertepuk tangan untuk Puan. Kendati, tepuk tangan dari para kader tidak meriah.
“Lah, kelihatan toh, sing lanang tepuk tangannya enggak wah, sing piye ngono loh. Jengkel banget deh,” ujar Megawati sembari sedikit berguyon, lalu disambut tepuk tangan meriah para kader setelahnya.
Saat ditanya apakah pernyataan Megawati memberi sinyal bahwa PDIP akan mengusung capres perempuan di Pilpres 2024, Sekretaris Jenderal PDIP enggan menjawab lugas. Yang jelas, menurut Hasto, pernyataan Megawati menegaskan bahwa tidak boleh ada diskriminasi antara perempuan dan laki-laki.
“Terkait dengan capres dan cawapres, nanti ibu ketum, beliau menegaskan masih mempertimbangkan, melakukan kajian, berkontemplasi, dan pada momentum tepat akan beliau sampaikan. Momentum itu kapan? Bisa tiga bulan lagi, bisa lima bulan lagi, bisa beberapa hari lagi. Tetapi itu semua ada di dalam kajian ibu ketua umum, beliau yang menerima mandat untuk menyampaikan hal itu,” ujar Hasto di lokasi yang sama.
PDIP hingga saat ini memang belum menentukan calon presiden yang akan mereka usung. Mereka disebut memiliki dua opsi, Puan Maharani dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (dyt)