La Male : “Sampai hari ini belum pernah ada bantuan dari Pemerintah Kabupaten PPU untuk pengembangan UMKM khususnya di Mentawir.”
etamnews.com – Penajam. Usianya tak lagi muda, tahun ini ia genap berumur 70 tahun. Tetapi kreativitasnya tidak berhenti hanya karena tubuhnya semakin menua dimakan usia. Dari tangan terampilnya lah banyak tercipta beraneka macam ragam jajanan olahan khas di Kabupaten PPU yang diolah dari buah mangrove yang kini dikenal diberbagai wilayah di Kaltim.
Ia tidak hanya berhasil menciptakan jajanan khas, bahkan ia pun berhasil mencetak insan-insan kreatif di berbagai daerah di Kaltim, mulai dari Kabupaten PPU sendiri yang merupakan tanah tempat tinggalnya, Kabupaten Paser dan Kota Bontang.
Namanya La Male, ia adalah warga Kelurahan Mentawir, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara. Bagi warga Kabupaten PPU yang saat ini aktif membuat Sirup Mangrove dan jenis jajanan olahan dari buah mangrove lainnya pasti mengenal sosok satu ini. Pasalnya hampir semua dari para pembuat sirup dan jajanan dari buah mangrove tersebut adalah merupakan anak didiknya atau setidaknya pernah mendapatkan pengetahuan dari sosok La Male.
Kami tiba di Kelurahan Mentawir sekira pukul 15.30 wita setelah menempuh kurang lebih 3 (tiga) jam perjalanan dan karena kami telah menginformasikan perihal kedatangan kami terlebih dahulu maka ia pun telah menunggu kedatangan kami persis didepan rumahnya.
Setibanya dikediaman La Male, kami disambut dengan sangat ramah oleh sang tuan rumah dan mempersilahkan masuk didalam rumah yang terbuat dari bahan kayu itu. Suasana yang nyaman dengan suhu udara yang sedang, membuat kami bisa berbincang dengan santai sembari fokus pada topik pembahasan yang telah kami siapkan.
Tim memulai percakapan dengan menanyakan hal-hal remeh temeh seperti usia, sudah berapa lama tinggal di Mentawir dan sejak kapan mulai menekuni aktivitas membuat buah mangrove jadi berbagai jenis olahan makanan dan minuman. Ia menjelaskan, bahwa dirinya lahir pada tahun 1952 dan kini telah berumur 70 tahun, menurutnya ia sudah tinggal dan menetap di Mentawir sejak tahun 1979 ketika dirinya berusia 27 tahun.
“Umur saya sekarang sudah 70 tahun, saya kelahiran tahun 1952 dan saya tinggal di Mentawir ini sejak tahun 1979. Kalau saya tidak salah ingat saat itu usia sekitar 27 tahun. Kalau olahan buah mangrove ini baru benar-benar saya tekuni mulai tahun 2014 sampai sekarang” Ujarnya sambil menerawang kembali ingatan masa lalunya.
Pembicaraan kami pun berlanjut, tim mencoba mengulik lebih dalam mengenai produk apa saja yang sudah dihasilkan oleh pria yang memiliki lima orang anak itu.
Dengan sangat antusias dan demonstratif ia menerangkan kepada kami bahwa buah mangrove dapat di olah menjadi berbagai jenis makanan dan minuman bahkan buah mangrove juga dapat diolah menjadi alat-alat kecantikan seperti kosmetik dan ‘bedak dingin’.
“Saat ini saya sudah mengolah buah mangrove menjadi beberapa jenis olahan, seperti Tepung Mangrove, sirup, dodol, roti, kripik daun mangrove, kemudian minuman kemasan yang sudah di racik dengan kualitas ‘hotel’, dari ampas mangrove saya juga membuat kopi racik mangrove. Selain itu saya juga membuat bedak dari buah mangrove kalau istilah zaman dulu disebut “pupur dingin” tapi kami juga sedang mencoba kreasi baru yaitu membuat alat kecantikan seperti kosmetik yang di ekstrak dari buah mangrove dan beberapa campuran berbahan alami, kemudian teh mangrove dan gula mangrove.”
Dari caranya menjelaskan, tidak ada yang menduga bahwa La Male ternyata tidak menamatkan pendidikan bahkan walau hanya sekolah dasar. Tetapi ia bahkan mampu menjelaskan dengan sedemikian fasihnya jenis-jenis mangrove lengkap dengan istilah latinnya, yang bahkan tim redaksi etamnews.com sendiri tidak memahaminya.
Perbincangan berlanjut dan kami sangat tercengang mendengar informasi yang disampaikan oleh La Male, ketika kami menanyakan perihal bagaimana perhatian pemerintah terhadap sektor UMKM khususnya yang ada di Mentawir. Dia menjelaskan, bahwa sekalipun sudah sangat dikenal dan bahkan pula telah beberapa kali mengikuti perlombaan sampai tingkat provinsi demi mengangkat UMKM Kabupaten PPU, tetapi hingga saat ini tidak ada perhatian dari pemerintah, sehingga ia hanya mengandalkan keuangan pribadinya untuk memproduksi sekedar untuk melayani pesanan para pelanggannya dan juga memproduksi beberapa puluh botol sirup mangrove untuk stok jika sewaktu-waktu ada kunjungan dari pihak luar.
“Soal olahan dari mangrove ini sebenarnya sudah sangat dikenal, bahkan sudah beberapa pejabat tinggi baik dari pusat, propinsi maupun kabupaten yang memesan dan menikmati olahan kami. Bahkan lagi adik dari Bapak Prabowo Subianto, Pak Hashim Djojohadikusumo sudah pernah menikmati segarnya sirup buah mangrove disini. Tapi meskipun begitu sampai sekarang tidak ada bantuan dari pemerintah, jadi kami kerjakan dan kelola secara mandiri.”
Disinggung terkait pemasaran produk yang dihasilkannya, La Male mengaku mengalami beberapa kesulitan, sehingga dirinya belum bisa memasarkan produk olahannya tersebut secara luas. Diantara kesulitan yang dialami adalah belum adanya pengetahuan bagaimana menetapkan tanggal kadaluarsa, kemudian untuk mendapatkan legitimasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) ada beberapa syarat yang harus dipenuhi diantaranya adalah tersedianya tempat produksi yang memadai. Ia menerangkan bahwa untuk bisa memenuhi syarat yang diajukan oleh BPOM tentu butuh biaya yang tidak sedikit dan keterbatasan anggaran membuatnya hanya mampu memproduksi sirup mangrove dal yang lainnya sesuai kebutuhan pelanggan dan beberapa lagi untuk stok saja.
“Kalau masalah pemasaran sejauh ini memang kami belum bisa memasarkan secara luas, karena belum ada tanggal kadaluarsanya dan kami tidak tau juga bagaimana caranya, nah kami juga sempat dibantu mahasiswa untuk urusan di BPOM tapi setelah pihak BPOM datang kami diharuskan membuat tempat produksi, itu kan biayanya juga tidak sedikit dan kami belum mampu, sementara kita berharap bantuan pemerintah juga tidak ada sama sekali.” Ungkapnya lirih.
Dari rangkaian komunikasi diatas, kita dapat mengambil beberapa poin penting, bahwa betapapun produktifnya masyarakat, namun karena keterbatasan baik dalam hal finansial maupun akses kebijakan, maka masyarakat tersebut tetap akan mengalami kesulitan untuk berkembang. Disinilah perlunya negara dan pemerintah hadir untuk melihat dan memberikan uuran tangan kepada rakyatnya. Terlebih lagi uluran tangan pemerintah dapat membantu tumbuh kembang perekonomian masyarakat. La Male, Seorang ketua Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) di Keluarahan Mentawir, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, harus menerima kenyataan bahwa apa yang sudah ia hasilkan untuk Kabupaten Penajam Paser Utara ternyata belum cukup menggugah kesadaran pemerintah untuk memperhatikan sektor UMKM yang merupakan penggerak utama perekonomian rakyat.(red.hai)