etamnews.com – Sport. Rusia dan China berbagi sikap bersama melawan politisasi olahraga dan boikot demonstratif oleh beberapa negara Barat dan mendukung nilai-nilai Olimpiade, kata Presiden Rusia Vladimir Putin, Selasa.
“Kami berdiri bersama dengan China melawan politisasi olahraga dan boikot demonstratif,” kata Putin dalam pertemuan video dengan atlet tim Olimpiade Musim Dingin Rusia menuju Beijing.
“Kami mendukung nilai-nilai Olimpiade tradisional, pertama-tama, kesetaraan dan keadilan.”
Dilansir dari China Daily, Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan pada hari Rabu (26/01/2022) bahwa Beijing memuji dukungan aktif Putin untuk Olimpiade Musim Dingin bulan depan.
Seperti kebanyakan negara di dunia, China dan Rusia dengan tegas menentang politisasi olahraga dan menganut semangat solidaritas, persaudaraan, persaingan yang adil, dan saling pengertian Olimpiade, kata Zhao dalam konferensi pers di Beijing.
Putin mengatakan dia berharap atlet Rusia “semoga sukses, sehat, dan tampil penuh kemenangan” di Olimpiade. Rusia akan mengirimkan delegasi Olimpiadenya sebanyak 461 orang, termasuk 212 atlet.
Atlet Rusia diizinkan bertanding sebagai pemain netral, tanpa bendera atau lagu kebangsaan Rusia, karena tuduhan “program doping yang didukung negara” pada Olimpiade Musim Dingin 2014 di Sochi, klaim yang berulang kali dibantah oleh Moskow.
“Kami di rumah akan berada di sana untuk mendukung Anda, untuk bangga dengan keberhasilan Anda,” kata Putin.
Rencana lebih banyak kerjasama
Andrey Denisov, duta besar Rusia untuk China, mengatakan Putin akan berpartisipasi dalam upacara pembukaan atas undangan Presiden China Xi Jinping.
Putin mengatakan kepada atlet Rusia selama pertemuan video bahwa dia akan bertemu dengan Xi sebelum upacara pembukaan Olimpiade.
“Kami pasti akan menguraikan rencana baru untuk kerja sama, dengan mempertimbangkan perjanjian kami sebelumnya tentang penyelenggaraan Tahun kerja sama Rusia-China di bidang budaya fisik dan olahraga,” kata Putin.
Dia juga mengatakan salah satu metode paling terkenal untuk mempopulerkan olahraga secara massal adalah dengan mengadakan turnamen olahraga internasional berskala besar.
“Saya percaya mereka menjadi yang paling penting dalam hal keterlibatan orang-orang dalam olahraga dan penguatan persahabatan antara orang-orang,” kata Putin.
Amerika Serikat dan beberapa negara Barat mengatakan mereka tidak akan mengirim pejabat untuk menghadiri Olimpiade.
Sebagai tanggapan, China mengecam langkah Barat sebagai taktik politik yang bertentangan dengan Piagam Olimpiade.
Dalam konferensi pers pekan lalu, Zhao mengatakan China telah memberikan visa kepada tim AS, yang terdiri dari atlet dan pejabat administrasi.
Delegasi AS untuk Olimpiade Musim Dingin Beijing terdiri dari sejumlah besar pejabat pemerintah, termasuk dari Departemen Luar Negeri, dan banyak yang memegang paspor diplomatik atau dinas, tambahnya.
Bagaimana Dengan Olahraga Indonesia ?
Banyak kalangan menilai bahwa salah satu penyebab kegagalan Indonesia dalam memajukan olahraga nasional adalah adanya keterlibatan tokoh-tokoh politik dalam dunia olahraga. Keterlibatan tokoh politik tersebut menyebabkan lahirnya politisasi didunia olahraga yang disinyalir menjadi penyebab utama minimnya prestasi atlet-atlet Indonesia yang berlaga di tournamen internasional.
Agus Kristiyanto, guru besar Analisis Kebijakan Pembangunan Olahraga di Universitas Sebelas Maret menulis pendapatnya dalam sebuah esai berjudul “Adagium Politik dan Olahraga” menurutnya, Logika olahraga dan politik memiliki perbedaan habitat, namun keduanya sering bersinggungan dalam wadah yang kadang jelas tapi sering tersamar. Terdapat titik singgung yang menjadi pintu masuk interaksi logika olahraga dan logika politik. Pertama, olahraga seksi secara politis karena menjadi media untuk mewujudkan kebersamaan hidup nondiskiminatif.
Kedua, olahraga memiliki nilai-nilai universal dalam tata pergaulan antarbangsa berkriteria global berbasis daya saing, keunggulan, dan kejayaan. Ketiga, daya akomodasi olahraga sangat strategis dalam menggeliatkan akselerasi sektor lain dalam proses pembangunan. Titik singgung adagium olahraga dan politik akan menimbulkan varian sikap kolektif. dan titik singgung itulah yang menjadi pintu masuk politisasi dalam dunia olahraga.
Mantan pebulutangkis Indonesia, Icuk Sugiarto bahkan pernah menyatakan secara tegas mengatakan penurunan prestasi olahraga yang dialami Indonesia disebabkan karena adanya politisasi di bidang olahraga. Menurut juara dunia tahun 1983 itu, banyak tokoh nasional dan penguasa memanfaatkan olahraga untuk kepentingan golongan.
“Mantan atlet dan orang yang ahli di bidang olahraga tergusur orang yang pintar bicara. Semua melakukan sesuatu sedikit minta diekspos seolah-olah dia pahlawan. Cabor olahraga diisi orang-orang baru, yang mengedepankan uang dan kekuasaan,” tuturnya.
Icuk Sugiarto juga menghimbau agar politisasi olahraga di hentikan dan agar memberikan kesempatan kepada praktisi, karena mereka punya kualitas dan tahu mau dibawa kemana olahraga, Icuk menambahkan bahwa mantan atlet dan orang yang ahli di bidang olahraga tergusur oleh orang yang pintar bicara. Semua melakukan sesuatu sedikit minta diekspos seolah-olah dia pahlawan. Cabor olahraga diisi orang-orang baru, yang mengedepankan uang dan kekuasaan,” Pungkasnya.