etamnews.com – Jakarta. Amerika Serikat menyatakan akan terus mengawasi secara serius pengerahan pasukan Rusia di Kazakhstan.
Sebagaimana dikutip dari Reuters, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Ned Price, menyatakan akan terus mengawasi kemungkinan terjadi pelanggaran hak asasi manusia atas pengerahan pasukan Rusia di Kazakhstan.
“Begitu pula segala tindakan yang mungkin menjadi dalih untuk membekukan institusi di Kazakhstan,” demikian pernyataan dari Price.
Rusia telah mengerahkan pasukan terjun payung sebagai bagian dari pasukan perdamaian yang dikirim oleh Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO). Pengerahan pasukan itu menjawab permintaan Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev, untuk meredam kerusuhan di negaranya.
CSTO merupakan aliansi militer yang dipimpin oleh Rusia dan beranggotakan beberapa negara bekas Uni Soviet.
Total ada sekitar 2.500 pasukan Rusia yang dikirim ke Kazakhstan dalam aliansi CSTO.
Mengutip Reuters, pasukan perdamaian ini juga memiliki kewenangan untuk menggunakan senjata di Kazakhstan jika mereka diserang oleh pendemo.
Meski demikian, kemunculan pasukan terjun payung Rusia menuai penolakan dari demonstran Kazakhstan.
“Kami tidak mendukung keberadaan militer asing di negara kami,” kata salah satu warga Kazakhstan, Sabyr, kepada Reuters. Ia juga memohon agar pasukan tidak menembak demonstran di negara itu.
Sabyr dan beberapa orang sempat berkumpul di luar Kedutaan Besar Kazakhstan di London pada Rabu (5/1).
Sabyr membawa spanduk bertuliskan “Shal Ket” yang berarti “Orang Tua Keluar,” kata yang digunakan untuk menggambarkan Nursultan Nazarbayev, pemimpin tertinggi Kazakhstan sejak zaman Uni Soviet.