Etamnews.com-Jakarta. Indonesia sebagai negara yang kaya dengan keanekaragaman adat dan budaya telah diakui dunia. Pesona Indonesia dalam hal warisan budaya pun turut menyumbang potensi besar pada sektor ekonomi kreatif di Indonesia.
Salah satu pesona Indonesia tersohor di mancanegara adalah wastra, atau kain nusantara khas Indonesia. Popularitas dan keunikan produk Indonesia ini bahkan telah dinobatkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia.
Wastra merupakan produk Indonesia yang sekaligus menjadi sumber inspirasi yang tak pernah habis digali. Nilai filosofis yang diwujudkan dalam setiap coraknya menjadi identitas dan kekuatan bagi industri fashion Indonesia. Kekayaan motif kain nusantara juga membawa optimisme bagi banyak sektor, khusus bagi subsektor fashion dalam ekonomi kreatif.
Pelestarian kain nusantara telah dilakukan pemerintah dari hulu ke hilir. Dimulai dari memastikan ketersediaan bahan baku, hingga penyediaan pasar khusus untuk pemasaran karya kain nusantara. Kampanye mendukung eksistensi kain nusantara juga terus diupayakan, seperti Bangga Buatan Indonesia, Beli Kreatif Lokal, hingga Beli Kreatif Danau Toba.
Saat ini tercatat terdapat 33 kain nusantara yang masuk kategori Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. Dan di bawah ini merupakan beberapa jenis kain nusantara, sumber inspirasi ekonomi kreatif Indonesia yang paling banyak dikenal.
Batik
Merupakan produk Indonesia yang tidak dapat dipisahkan saat membahas kain nusantara. Menurut penelitian dari Bandung Fe Institute dan Sobat Budaya (2015), setidaknya ada 5.849 motif batik Indonesia yang tersebar dari Aceh Hingga Papua.
Keragaman motif batik Indonesia merujuk pada kekayaan nilai filosofis yang menjadi karakter setiap daerah. Awalnya batik hanya dikenakan secara terbatas di lingkungan keraton sebagai pakaian raja dan pengikutnya.
Namun seiring berjalannya waktu, batik terus diproduksi untuk berbagai kalangan. Batik juga menjadi kain tradisional pertama Indonesia yang dinobatkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non Bendawi oleh UNESCO pada 2009.
Ulos
Dalam kepercayaan masyarakat Batak terdapat 3 sumber kehangatan di dunia: matahari, api, dan kain ulos. Berdasarkan ungkapan tersebut, tidak heran jika ulos memiliki nilai yang tinggi bagi kehidupan masyarakat Batak.
Jika awalnya ulos digunakan untuk menghangatkan tubuh, seiring berjalannya waktu, kain ulos memiliki fungsi simbolik dalam segala aspek kehidupan masyarakat Batak. Misalnya jenis Ulos Bolean dan Ulos Sibolang yang digunakan untuk menghadiri upacara duka cita. Sedangkan kain Ulos Bintang Maratur menjadi simbol suka cita.
Kain ulos umumnya didominasi dengan warna merah, hitam, dan putih. Sedangkan ragam motif kain nusantara ini merujuk pada adat dan nilai filosofis masyarakat setempat.
Lurik
Kain lurik telah ada di Jawa sejak masa lampau dan tersebar di berbagai daerah, seperti Yogyakarta, Klaten, hingga Solo. Dalam istilah Jawa Kuno, kain lurik berasal dari kata larik yang berarti baris, deret, garis, atau lajur.
Secara garis besar kain lurik terbagi dalam tiga corak, yaitu lajuran, pakan malang, dan cacahan. Pemakaian kain lurik dalam budaya tradisional Jawa dulunya hanya terbatas pada acara mitoni atau tujuh bulanan bayi.
Namun kini kain lurik mengalami perkembangan fungsi dan gerak yang dinamis, sehingga dapat dipakai dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa.
Kain Songket
Kata songke_t konon berasal dari kata _sungkit yang berarti menyelipkan. Ini merujuk pada proses menyelipkan benang emas pada selembar kain dengan pola tertentu yang menjadi ciri khas kain songket.
Menurut cerita lokal yang berkembang, hadirnya kain songket di Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan kejayaan Kerajaan Sriwijaya. Selain Palembang, Bali, dan Lombok juga merupakan penghasil songket terkenal di Indonesia. Kain ini biasanya digunakan sebagai kain pelengkap dalam upacara adat.
Perbedaan songket dari setiap daerah di Indonesia umumnya terletak pada motifnya. Hingga saat ini tercatat ada total 71 motif kain songket nusantara khas Sumatera Selatan, dan ratusan motif lain dari berbagai daerah di tanah air.
Kain Sasirangan
Sasirangan merupakan kain adat Indonesia yang berasal dari suku Banjar, Kalimantan Selatan. Nama sasirangan diambil dari kata menyirang. Hal ini merujuk pada cara membuat kain sasirangan yang melalui proses menjelujur menggunakan perintangan dan pewarnaan.
Menurut cerita adat, kain nusantara ini berasal dari abad ke-12. Kain sasirangan dipercaya memiliki kekuatan magis untuk pengobatan dan perlindungan roh-roh jahat. Hal inilah yang memengaruhi pewarnaan kain sasirangan.
Seperti jika akan digunakan untuk mengobati penyakit kuning, maka warna kain juga dibuat kuning. Meski punya warna-warna cantik nan mencolok, semua bahan pewarna kain sasirangan diambil dari alam, seperti kunyit, jahe, biji buah gandaria, dan kulit rambutan.
Selain beberapa kain nusantara yang telah disebutkan di atas, masih banyak jenis kain nusantara yang terdapat di Indonesia. Saat ini, kain nusantara menjadi sumber inspirasi ekonomi kreatif Indonesia yang memiliki kekhasannya masing-masing. Sebagai masyarakat Indonesia sudah selayaknya melestarikan budaya Indonesia dengan bangga buatan Indonesia dan beli kreatif lokal. Dan kain nusantara lainnya.