Pariadi : “ Kami berharap masyarakat tidak memandang sebelah mata kepada mantan WBP / Narapidana, karena tidak semua orang jahat ada di Lapas, dan tidak semua orang baik ada diluar ”
Etamnews.com – Samarinda. Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) merupakan salah satu lembaga hukum yang tidak dapat dipisahkan dalam kerangka hukum pidana di Indonesia. Fungsi dari LAPAS pada dasarnya sebagai tempat untuk menghukum, membina seseorang yang telah melakukan tindak pidana. Namun pada kenyataannya kejahatan dan pelanggaran bisa terjadi di LAPAS, kenyataan ini juga tidak terlepas dari sistem pengamanan dan pembinaan di LAPAS. Dengan sistem pembinaan yang baik tentunya fungsi dari lembaga pemasyarakatan dalam prosesnya akan berlangsung dengan baik. Pada dasarnya pengamanan di LAPAS mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk menciptakan rasa aman yang ditujukan agar narapidana dapat menjalani hukuman serta pembinaan dengan baik.
Berbicara mengenai pembinaan terhadap narapidana / warga binaan pemasyarakatan (WBP), tim redaksi Etamnews.com telah mewawancarai salah seorang petugas Lapas yang membidangi pembinaan narapidana di Lapas Kelas IIA Samarinda. Berikut petikan wawancara kami dengan Kepala Seksi Pembinaan Narapidana dan Anak Didik (Seksi Binadik).
Banyak Masyarakat diluar sana yang belum mengetahui bagaimana kehidupan para warga binaan pemasyarakatan selama menjalani masa hukuman dan sekaligus pembinaan didalam Lapas, Bisakah bapak jelaskan kepada kami mengenai program pembinaan yang ada di Lapas Kelas IIA Samarinda ?
“ Baik terimakasih, sebelumnya perkenalkan nama saya Pariadi, saya dipercaya untuk menduduki jabatan sebagai Kepala Seksi Pembinaan Narapidana dan Anak Didik (Binadik). Kalau kita berbicara mengenai program-program yang ada di Lapas khususnya program pembinaan kepada warga binaan pemasyarakatan di Lapas Kelas IIA Samarinda cukup banyak program yang kami laksanakan selama ini, mungkin akan saya jelaskan secara highlight saja agar lebih bisa dipahami oleh pembaca Etamnews.com ini ya.
Secara umum ada dua jenis pembinaan di Lapas, pertama pembinaan kepribadian dan kedua pembinaan kemandirian. Pembinaan kepribadian diarahkan pada pembinaan mental dan watak agar Warga Binaan Pemasyarakatan menjadi manusia seutuhnya, bertakwa, dan bertanggung jawab kepada diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Bentuk kegiatan nya yaitu, Pembinaan kerohanian sesuai dengan agama yang dianut oleh masing-masing WBP. Untuk yang beragama Islam ada kegiatan Yasinan rutin harian yang di gilir di tiap-tiap blok hunian, ada kajian fiqh islam, dzikir dan tausiyah rutin mingguan, dan juga belajar membaca Al Qur’an hingga sholat berjamaah di Masjid Attaubah Lapas Kelas IIA Samarinda. Jadi kami bekerjasama dengan lembaga-lembaga atau organisasi keagamaan untuk program tersebut. Sebut saja Kementerian Agama, LAZ DPU, Jamaah Tabligh, Majelis Rasulullah, BAZNAS, Majelis Dzikir Syekh Abdul Qadir Jaelani dan lainnya. Yang non muslim atau yang beragama Kristen dilaksanakan kegiatan Kebhaktian rutin. Ada juga kegiatan Senam rutin harian, ini demi menjaga kebugaran tubuh dan melatih kedisiplinan para WBP, kemudian kami laksanakan juga kegiatan belajar mengajar dengan program pendidikan kejar paket A, B dan C.


Sedangkan yang kedua pembinaan kemandirian, ini pembinaan yang diarahkan untuk pembinaan bakat dan keterampilan agar Warga Binaan Pemasyarakatan dapat kembali berperan sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab. Nah untuk ini sebenarnya secara teknis dilaksanakan oleh seksi kegiatan kerja (giatja), mungkin secara teknis bisa ditanyakan kepada yang membidanginya, saya hanya menjelaskan secara umum saja. Perlu teman-teman media ketahui, bahwasannya kami di Lapas membina WBP dengan pendidikan keterampilan kerja. Ini yang masuk dalam kategori kemandirian, jadi ada banyak jenis pelatihan yang sudah dilaksanakan, misalnya pelatihan pembuatan meubulair, pelatihan las besi, pelatihan konstruksi kayu, teknisi komputer, barber shop, pelatihan tanaman hidroponik, tata boga, banyaklah kalau mau disebutkan satu per satu. Tapi secara garis besar seperti yang saya sampaikan ini.”

Selama bapak bertugas melakukan pembinaan kepada WBP, apakah ada kesulitan yang dialami ?
Kalau bicara kesulitan, setiap profesi pasti ada kesulitannya, dan itu menurut saya relatif sifatnya. Termasuk membina WBP pasti ada kesulitannya, karena kita tahu bahwa ketika mereka masuk di dalam Lapas ini, artinya mereka secara psikologis pasti bermasalah, apalagi dengan latar belakang perkara pidana mereka, mulai dari pencurian, penggelapan, penganiayaan sampai pembunuhan, narkoba hingga korupsi. Jadi kompleks sebenarnya kalau kita bicara kesulitan. Tapi kami sebagai petugas pemasyarakatan itulah tanggung jawab kami. Kesulitan yang tadi anda tanyakan bagi kami adalah tantangan untuk bisa berbuat lebih baik lagi. Ini masalah sudut pandang, karena sesuatu yang sulit bisa jadi terasa mudah kalau kita jalani dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab, sebab ini amanah negara yang menurut kami sangat besar. Jadi poinnya kesulitan itu sama dengan tantangan. Tapi sejauh pengalaman saya bertugas di Lapas masih relatif normal saja tingkat kesulitannya.”

Apa harapan bapak kepada warga binaan pemasyarakatan yang ada di Lapas ini ?
“ Sebenarnya harapan saya tidak hanya kepada WBP tetapi juga kepada masyarakat. Kenapa saya katakan demikian, karena keberhasilan pembinaan itu juga ada andil masyarakat, secara persis syarat keberhasilan pembinaan WBP itu ditentukan tiga unsur yakni pertama petugas pemasyarakatan, kedua WBP itu sendiri dan ketiga masyarakat. Jadi harapan saya untuk warga binaan agar mengikuti semua program pembinaan yang diberikan, kemudian kepada petugas agar benar-benar melaksanakan tugas pembinaan dengan baik dan ikhlas. Dan terakhir masyarakat, saya menghimbau melalui Etamnews.com ini agar jangan memandang mantan narapidana sebagai orang yang jahat. Disini mereka dibina dengan baik, untuk menjadi lebih baik sebagaimana tujuan pemasyarakatan itu sendiri. Mungkin perlu juga saya sampaikan sebagai pengingat bagi kita semua bahwa tidak semua yang ada di Lapas ini orang jahat. Demikian juga sebaliknya, tidak semua orang yang berada diluar itu orang baik. Artinya setiap orang bisa saja salah jalan dan tergelincir melakukan pelanggaran hukum. Karena itu kami juga butuh dukungan masyarakat untuk mensukseskan program pembinaan di Lapas. Demikian tutup pria yang sudah 29 tahun mengabdikan diri di institusi pemasyarakatan tersebut. (red.hai).